Kamis, 11 Oktober 2012

TUGAS MINGGUAN


TUGAS II
APRESIASI PUISI INDONESIA

Nama                            : Andi Musliana
Kelas/Nim            : B/105104059
Prodi                    : Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia

Pertanyaan
1.      Pada halaman 23 terdapat puisi Surat Cinta Karya Rendra. Mengapa puisi tersebut dimasukkan dalam aliran romantik dan tentukan kata-kata yang mana menggunakan kata berlebihan!
2.      Pilih aliran dan buatlah puisi sesuai dengan aliran tersebut!
3.      Buatlah puisi yang bertolak belakang dengan puisi anda!

Jawab
SURAT CINTA

Kutulis surat ini
kala hujan gerimis
bagai bunyi tambur mainan
anak-anak peri dunia yang gaib
Dan angin mendesah,
Wahai, dik Narti
aku cinta padamu!

Kutulis surat ini
kala langit menangis
dan dua ekor belibis
bercintaan di dalam kolam
jenaka dan manis
mengibaskan ekor,
serta menggetarkan bulu-bulunya.
Wahai Dik Narti, kupinang kau menjadi istriku!

Kaki-kaki hujan yang runcing
menyentuh ujungnya di bumi.
Kaki-kaki cinta yang tegas
bagai logam berat gemerlapan
menembus ke muka
dan tak kan kunjung diundurkan.

Engkau adalah putri duyung
tawananku,
Putri duyung dengan
suara merdu lembut
bagai angin laut,
mendesahkan bagiku!
Angin mendesah
selalu medesah
dengan ratapnya yang merdu.

Engkau adalah putri duyung
tergolek lemas
mengejap-ngejapkan matanya yang indah
dalam jaringku.
Wahai putri duyung,
aku menjaringmu
aku melamarmu.

Kutulis surat ini
kala hujan gerimis
karena langit
gadis manja dan manis
menangis minta mainan
Dua anak lelaki nakal
bersenda gurau dalam selokan

1.      Puisi Surat Cinta di atas dikategorikan dalam aliran romantik karena dalam puisi diatas menceritakan tentang kisah Rendra yang menginginkan seorang gadis yang bernama Narto menjadi miliknya. Dia mencintai gadis yang bernama Narto itu apapun keadaannya. Dalam puisi tersebu Rendra mengungkapkan kata-kata yang berlebihan seperti dalam bait:
a.       anak-anak peri dunia yang gaib
dan angin mendesah, 
b.      Kaki-kaki hujan yang runcing
menyentuh ujungnya di bumi.
Kaki-kaki cinta yang tegas
bagai logam berat gemerlapan
menembus ke muka
dan tak kan kunjung diundurkan.
c.       Engkau adalah putri duyung
tawananku,
Putri duyung dengan
suara merdu lembut
bagai angin laut,
mendesahkan bagiku!
Angin mendesah
selalu medesah
dengan ratapnya yang merdu.
d.      mengejap-ngejapkan matanya yang indah
dalam jaringku.
2.      Mengetahui apakah saya termasuk dalam aliran apa sebenarnya belum dapat saya pastikan karena sebagai pemula dalam menulis sebuah puisi, pikiran tidak akan selalu sama ketika ingin mengungkapkan sesuatu. Jadi dalam pembuatan puisi saya hanya mengandalkan apa yang terbesit dalam pikiran saya tanpa mengetahui apakah termasuk dalam aliran dalam puisi.
Ini salah satu puisiku:
Ayah
Duduk tersandar aku selalu mengenangmu
Mendekapmu ingin aku lakukan
Bagaikan pungguk yang merindukan bulan sudah tak terbendung
Ingin menyentuh senyum yang kau lukiskan
Ayah...
Dalam hidupku akan ada bayanganmu
Kekuatanku ada dalam dirimu
Saat aku rapuh kau selalu menopangku
Engkau tongkat emas menerangi jiwaku
Memberikan kilauan di sanubari kosong
Ayah............
Sering ku menangis pada dinding yang tak bertuan
Pada papan cermin yang mulai usang
Pada bingkai hati yang tak kunjung merayap
Tidak...tidak...tidak.
Aku masih tak bisa melepasmu
Terbang melayang menembus celah-celah sempit itu
Ingin berlari menembus lorong waktu
Mematahkan segala yang ada di hadapanku
Menghancurkan duri berdaging di jiwaku
Untuk menggenggap tanganmu lagi
Ayah.
3.      Aliran puisi yang tak bisa saya lakukan dengan melalui pikiran dalam sebuah kata-kata yaitu aliaran puisi realisme sosial. Aliran ini tidak bisa membuat pikiran saya terbuka secara baik dalam menulis sebuah puisi. Salah satu puisis saya tentang Aliran Realisme sosial
DERITA JALANAN

Pernahkah kau berfikir betapa tersiksanya mereka?
Mengambil sesuap nasi dalam kantong plastik berseraka
Kalian seenaknya membentak, menganiaya mereka tanpa belas kasihan
Rasa dalam jiwa mereka kubur demi kelangsungan hidup
Setetes keringat yang mereka curahkan kalian balas dengan penghinaan
Hati tercabik menyaksikan kereta kencana menyemburkan kotoran ke muka
Lelah yang rasakan tak pernah kalian pedulikan
Kemewan batin tak bisa kalian tunjukkan



Tidak ada komentar:

Posting Komentar